Paramita Puspitasari

 

 

 

 

 

 

A friend of mine, her name is Paramita Puspitasari wrote these lovely poems, and I decided to put them on my website, so others can see how talented she is. =)
She really is an extraordinary person with great personalities, and I want you to see how great she is. If you want to contact her directly, u can
e-mail her to send your regards!

 

 

 

 

 

Mata Uang

 

 

Bilur-bilur hidupnya telah terbata

Di atas rel penuh lara dan ronta

Mata air nafasnya kini tersumbat

Atas buih-buih nestapa

 

            Keping itu nampaknya telah berkarat

Lapukan hawa yang menyelaputi

Keheningan syurganya

 

Dua sisi di dalamnya adalah satu

tapi batas yang tergaris

adalah siraman karma yang membilunya

 

Bilah hitam dan putih

Yang bertaruh dan mendominasi

segala kemungkinan yang melintasi jiwanya

 

Harusnya ia dapat terjaga

Wajarlah jika ia meradang

Bila pun ia mengunyah sehimpit asa….

 

….hanya untukmu

 

 

-----------------------------------

 

 

 

Sebagai Apakah Aku?

 

 

Nafasku yang terhembus

Melepas peluh yang erat mengelus

Sayatan sanubariku melebur

Hingga tulang-tulang kasihku berkeping-keping hancur

 

Sekat-sekat pendirianku..

Pijak demi pijak meleleh dan membeku

 

Siapakah aku?

Karena apakah aku?

Dimanakah letak diriku?

Sekeji itukah nilai-nilai diriku?

 

Kasihku…

Sayangku…

Hinaku…

Celaku…

Hanya aku kebumikan untukmu…

 

Dengan sadar aku rampas

Aku rampas semua kasihku yang mengimbas

 

Saat ini aku baru murka…

Saat ini aku baru meronta…

Karena hari ini aku baru menghela….

Hadirkah jari-jari tajam dan kekar

Denan senduan yang menggelegar dan mengakar

Mampu yang menahan amarahku…

Rasaku dan jiwaku…

 

Keadaan ini…

Keadaan ini telah menghanyutkan aku dalam arus-arus yang berliku

 

Kepada orang yang aku sayangi…

Selamatkan aku ini….

 

 

------------------------------------------------------

 

 

Buaian Hampa 

 

Tak terhitug lagi rangkaian rasa

Yang kupetik dari raungan hati

Sudut yang tak beralas dan tak berdinding

………tiada batas

 

Tak terbersit pula seribu warna

Detik, menit bahkan masa yang telah kulangkahi sendiri sepi dan tak bertepi

Berdiri sendiri…..

 

Mungkin bagimu hanyalah buaian wangi

Yang melintas di pelupuk matamu saja

Karena sesungguhnya

            Kau, dia dan mereka

Tidak mampu menerpa maknaku…

 

Aku akan menghitung serpih-serpihan

Bulu sayap penantianku

Hingga semuanya rapuh dan bertebaran

Dan hanyalah tonggal kisahku,

 

Yang tertuang dalam sajak-sajakku

 

 

 

HOME